Saya Akan Bangun Papua

Saya Akan Bangun Papua

Hidup itu harus bermanfaat bagi orang lain. Dengan cara itu, kita akan diingat oleh orang-orang yang menerima manfaat  dari apa yang telah kita lakukan. Prinsip ini dipegang teguh Yoslien Sopamena . Sebagai seorang dokter muda, Olien –demikian ia biasa disapa— memilih jalan sunyi dengan mengabdi di daerah terpencil agar bisa lebih memberikan manfaat bagi masyarakat. Baginya masyarakat daerah terpencil lebih membutuhkan perhatian dan pertolongan dibanding masyarakat di daerah perkotaan.

Olien –ia lahir pada 2 September 1982—sebenarnya punya banyak pilihan berkarier yang bisa lebih menjanjikan kesejahteraan begitu lulus dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia beberapa tahun lalu. Namun, diantara sekian banyak pilihan yang ada, ia lebih memilih mengabdi  di tanah Papua. “Itu pilihan saya. Saya ingin berbuat sesuatu yang bermanfaat dan kemudian diingat oleh banyak orang. Saya akhirnya memilih bekerja untuk daerah terpencil di Papua karena akses mereka terhadap berbagai fasilitas kesehatan terbatas,” kata perempuan kelahiran Ambon ini.

Kesempatan bagi Olien untuk mengabdikan hidupnya di tanah Papua datang pada 2008. Saat itu ia diminta bergabung dengan tim kesehatan Medco Cellulose, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan hutan tanaman industri  yang berbasis di Merauke. Statusnya sebagai seroang dokter membuat Olien berhasil menarik simpati dan perhatian masyarakat. Apalagi ia luwes dalam bergaul. Ia pun menjalin pergaulan tanpa sekat dengan semua lapisan masyarakat. “Saat tiba di Papua, yang bisa saya janjikan adalah saya akan obati orang yang sakit, karena saya dokter. Di luar itu saya tidak menjanjikan apa-apa. Tetapi dalam hati kecil,  saya berjanji akan berbuat sesuatu yang lebih untuk masyarakat Papua,” ujarnya.

olien2

Berbagai pengalaman mengiringi perjalanan hidup Olien selama mengabdi di Papua. Ia pun tumbuh sebagai pribadi tangguh dan lebih peka terhadap keadaan sosial sekitar.  “Terkadang, untuk bisa memberikan layanan kepada masyarakat yang membutuhkan, dibutuhkan perjuangan yang panjang. Misalnya, menempuh perjalanan berjam-jam dengan perahu kecil menembus hutan untuk menolong orang yang mau melahirkan,” kata Olien. Di lain waktu, Olien harus berjuang menembus kondisi jalan yang sulit saat hujan deras untuk memberi edukasi kepada anak-anak sekolah. Ia mengakui dibutuhkan tekad yang kuat untuk bisa memberikan pengabdian tulus kepada masyarakat. “Kadang kalau hujan deras, kondisi sangat sulit, tapi kita merasa harus datang karena ada anak-anak yang menunggu kita,” ujarnya.

Apa yang dilakukan Olien memang tak hanya sekedar menolong orang yang sakit. Ia juga melakukan berbagai kegiatan edukasi kesehatan. Misalnya mengajari kebersihan badan dengan mandi, gosok gigi, memotong kuku, dan lain-lain. Menurut Olien, hal-hal mendasar seperti itu ia ajarkan kepada masyarakat terutama anak-anak agar mereka bisa tumbuh sebagai generasi yang sehat dan cerdas di masa depan. “Sejak kecil mereka sudah harus mempunyai kesadaran tentang kebersihan dan kesehatan, sehingga kelak bisa menularkan kepada lingkungan sekitarnya. Makanya selain kepada masyarakat umum, saya juga memberikan perhatian lebih kepada anak-anak,” ujarnya.

Selain masalah-masalah kesehatan, Olien  juga memberikan tenaganya untuk menjadi guru atau memberi penyuluhan soal pertanian. “Di kampung-kampung terpencil, persoalan yang ada bukan hanya masalah kesehatan saja, tetapi yang penting juga masalah pendidikan, dan sosial ekonomi,” katanya. “Mengajari baca tulis, misalnya, itu sangat berguna bagi mereka,” lanjutnya.

Tujuh tahun Olien memberikan hidupnya untuk masyarakat Papua. Apa yang ia lakukan, apa yang ia berikan selama tujuh tahun ini, menurutnya, belum ada apa-apaanya. Masih banyak yang harus ia berikan. Namun, untuk sementara ini  Olien harus meninggalkan Papua. Ia akan melanjutkan studi kedokterannya di Amerika Serikat. Masyarakat tempat Olien bertugas kehilangan sosoknya yang selalu mau membantu dan memberi contoh. Tetapi Olien berjanji ia akan kembali ke Papua. “Sekali lagi apa yang saya lakukan selama tujuh tahun belum ada apa-apanya. Saya akan kembali ke Papua. Saya akan bangun Papua dengan segala apa yang saya bisa,” katanya.***

Leave a Comment