TIDAK banyak yang tahu bahwa Hepatitis B adalah silent killer yang seratus kali lipat lebih mematikan dibandingkan dengan acquired immune deficiency syndrome (AIDS). Penyakit yang disebabkan virus ini telah menginfeksi lebih dua miliar penduduk dunia dan menimbulkan kematian hingga 1,5 juta orang setiap tahun. Di Indonesia? Kini ada 30 juta orang yang terinfeksi. Ayo, waspadai Hepatitis B!
Hepatitis B adalah penyakit yang menyebabkan peradangan hati akut, yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati dan berujung pada kematian.
Hepatitis B adalah penyakit hati yang disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB), suatu anggota famili Hepadnavirus. Virus ini tidak menyebar melalui makanan atau kontak biasa, tetapi dapat menyebar melalui darah atau cairan tubuh dari penderita yang terinfeksi. Seorang bayi dapat terinfeksi dari ibunya selama proses kelahirannya. Juga dapat menyebar melalui kegiatan seksual, penggunaan berulang jarum suntik, dan transfusi darah dengan virus di dalamnya.
“Ada dua yang bisa menyebabkan infeksi Hepatitis. Pertama, mikroorganisme berupa virus, bakteri, jamur, dan parasit. Kedua, zat kimia, di antaranya alkohol, jamu, atau obat-obatan hepatotoksik,” ujar dr. Christian Budiman, dalam Health Talk yang diselenggarakan Medco Foundation Jumat (31/3) pagi, di Medco Building, Jakarta Selatan.
Menurut Christian, beberapa gejala umum Hepatitis B yang mudah dikenali di antaranya kehilangan nafsu makan, mual dan muntah terus menerus, nyeri di bagian perut, kulit dan bagian putih mata menguning, feses (tinja) berwarna pucat dan urine (kencing) berwarna gelap.
Ada dua jenis Hepatitis B, yakni akut dan kronis. Infeksi akut umumnya dialami oleh orang dewasa. Sistem kekebalan tubuh penderita Hepatitis B akut biasanya bisa melenyapkan virus tersebut dari tubuh dan orang yang terinfeksi akan sembuh dalam beberapa bulan.
“Jika virus Hepatitis B ini tinggal dalam tubuh lebih dari enam bulan, maka infeksinya digolongkan kronis. Penderita Hepatitis B kronis akan mengalami sirosis hati, yaitu pembentukan jaringan parut pada hati, yang berujung pada rusaknya fungsi hati. Kerusakan fungsi ini kemudian menyebabkan hati lamban atau tidak bisa memproses nutrisi, hormon, obat, dan racun yang diproduksi tubuh,” ujar lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran ini.
Sebagian kasus sirosis akibat Hepatitis B akan berlanjut pada kanker hati.
Christian menekankan perlunya pencegahan infeksi Hepatitis B, karena penderita tidak memiliki pilihan lain jika sudah terinfeksi. “Pilihannya hanya ada dua. Mencegah sejak dini sebelum terinfeksi, atau terinfeksi dan kemudian berobat seumur hidup,” katanya.
Pencegahan Hepatitis B terbaik adalah dengan vaksinasi. Di Indonesia, program imunisasi pada anak telah mewajibkan vaksin Hepatitis B. Meski demikian, orang dewasa pun sangat dianjurkan menerima vaksin tersebut, terutama jika berisiko tinggi tertular Hepatitis B.
“Orang dengan resiko tinggi di antaranya adalah petugas kesehatan, orang yang tinggal serumah dengan penderita Hepatitis B, pengguna narkotika dengan jarum suntik atau orang yang melakukan hubungan seksual dengan pengguna narkotika lewat jarum suntik, orang dengan perilaku seks bebas dan sering bertukar pasangan,” sebut Christian lagi.
Tentu, selalu lebih baik mencegah ketimbang mengobati. Ayo, lebih waspada pada Hepatitis B. Mari mengingatkan orang-orang terdekat di sekitar kita untuk mewaspadai penyakit ini.
Andi Irawan, Medco Foundation