Sri Rahayu tak menunjukkan rasa letihnya. Meski terik matahari serasa membakar kawasan The Learning Farm (TLF) di lereng gunung Gede Pangrango, Jawa Barat, gadis berusia 16 tahun asal Tidore, Maluku Utara, itu tetap bekerja giat. Siang itu ia dan teman-temannya sedang memeriksa tanaman dan menyiapkan lahan untuk berbagai sayuran. “Selain belajar di kelas, di sini kami juga menjalankan praktek bertanam langsung di lahan selama satu musim tanam,” katanya.
Bersama puluhan remaja lainnya, Sri menjadi bagian dari angkatan ke-39 program pelatihan pertanian yang dikelola TLF. Ini merupakan program untuk melatih kemampuan bertani para remaja dan anak-anak muda. Beberapa di antara mereka adalah korban konflik dan kerawanan sosial lain. Namun, mulai angkatan ke-39, para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dari berbagai pelosok di Indonesia juga diikutkan sebagai peserta melalui seleksi.
Sri sendiri seorang siswa SMK 3 Tidore. Bersama tiga orang kawan sekolahnya, Sri lolos seleksi yang dilakukan Kementrian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi. Ia menempuh perjalanan panjang dari kampungnya. “Banyak sekali yang bisa dipelajari di sini. Rasanya juga senang karena bisa bertemu dengan teman-teman lain dari berbagai daerah. Saya sebelumnya tidak pernah pergi sejauh ini,” ungkapnya.
Di lahan seluas 2,5 hektar, Sri dan teman-temannya dilatih untuk mengembangkan sekitar 40 jenis sayuran organik, palawija, hingga padi dengan berbagai teknik penanaman. TLF dijalankan sejak 2005. Untuk menjalankan program ini, TLF bekerja sama dengan banyak mitra, termasuk Medco Foundation.